Semua berawal dari sebuah cinta yang rumit,
cinta segitiga antara aku, sahabatku dan sesosok laki-laki yang kami berdua
saling menyayanginya. Sahabat identik dengan kebersamaan, mengurai tawa dan
berbagi duka bersama. Namun, kini kebersamaan itu telah terenggut oleh “CINTA”.
Aku dan sahabatku menyayangi sosok
laki-laki yang sama. Begitupun sebaliknya, sosok yang rupawan itu juga menyayangi
kami. Sampai suatu hari, aku melihat ada cinta dan kasih sayang yang lebih dari
laki-laki itu untuk sahabatku. Aku kecewa. Tapi, itulah keputusan yang telah
diambil. Kini “ikatan” itu telah terjalin. Aku hanya tersenyum melihat sahabat
dan orang yang aku sayangi bahagia bersama.
Hari demi hari terus berganti, seiring
berjalannya waktu, kebersamaan kami bertiga mulai pudar. Sesekali aku ingin
menjauh dari mereka, karena memang aku tak ingin rasa yang dulu pernah ada
untuk lelaki itu kembali. Namun aku segera tersadar, sikap ini tak patut untuk
aku jalani. Aku tak ingin memperburuk sesuatu hal yang awalnya hal itu baik.
Kebersamaan itu tak lagi sama seperti dulu.
Aku sering melakukan aktivitas-aktivitas dengan kesendirianku, tak ada
kebersamaan antara aku dan sahabatku. Berangkat untuk menghadiri sebuah acara
di masjid, berangkat latihan vokal, berangkat les, itu pun saat ini tak jauh
berbeda seperti orang yang membesarkan egonya masing-masing. Aku sering
melakukan hal-hal tersebut sendiri. Berbeda dengan sahabatku, dia selalu
ditemani dengan laki-laki itu. Hampir semua keadaan berubah.
Persahabatan yang dari dulu selalu diiringi
dengan tawa, canda, dan gurauan, kini berubah karena “CINTA”, sekarang hanya
Sang Pemilik Cinta yang tahu alur persahabatan ini akan seperti apa.